Jakarta, Kabarberita Indonesia – Nama pengusaha Hermanto Tanoko kembali menjadi perbincangan usai memberikan hadiah ulang tahun berupa 8 saham kepada cucunya. Dalam akun Instagram pribadi, dia menyebut pemberian saham diharapkan dapat membuat cucu, Holly, mengerti pertumbuhan kinerja dan perkembangan perusahaan keluarga.
“Semoga dengan hadiah yang spesial ini Holly sebagai pemegang saham dari 8 perusahaan dapat mengikuti laporan keuangan, Profit & Loss, pertumbuhan aset, risiko, dan pentingnya diversifikasi investasi dari semua perusahaan yang dimilikinya,” sebutnya, dikutip Jum’at (13/12/2024).
Seluruh saham yang diberikan merupakan entitas milik Hermanto Tanoko sendiri yang memiliki bisnis di bawah bendera Tancorp Group. Dari perusahaan itu, Hermanto disebut Forbes sebagai salah satu orang terkaya Indonesia. Per Desember 2024, hartanya mencapai US$2,1 miliar atau Rp33 Triliun.
Menariknya belum banyak orang tahu besarnya kepemilikan harta Hermanto Tanoko tak diperoleh dari kepiawaian berbisnis semata, tapi juga berkat berbakti dan doa orang tua.
Bagaimana Bisa?
Sebagai informasi, Hermanto Tanoko berasal dari keluarga pedagang. Ketika dia lahir pada 17 September 1952, sang ayah, Soetikno Tanoto, sudah berdagang selama tiga tahun dari 1948. Barang dagangan yang dijual adalah palawija. Sementara sang ibu juga berjualan pakaian dan barang bekas di depan rumah.
Meski berasal dari keluarga pedagang, Hermanto menyebut perjalanan hidup keluarga di masa-masa awal dia lahir sangat susah. Bahkan, cerita populer menyebut dia lahir di kandang ayam.
Hal ini bisa terjadi karena kondisi keuangan keluarga sedang terpuruk. Dalam wawancara di salah satu podcast, dia bercerita bahwa sebelumnya keluarga kecil asal Surabaya ini punya rumah, toko, dan motor imbas keberhasilan bisnis ayah. Hanya saja, pada dekade 1950-an, keluarga Tanoko terdampak kebijakan pemerintah terkait perdagangan.
Sebagai informasi, sejarah mencatat pada dekade yang sama, Presiden Soekarno pernah mengeluarkan peraturan terkait pelarangan orang Tionghoa berbisnis di perdesaan. Setiap pedagang Tionghoa, baik WNI atau WNA, dipindahkan paksa bahkan dilakukan pemulangan ke negara asalnya, China.
Soetikno, yang masih berstatus WNA dan keturunan Tionghoa, menjadi salah satu korban. Seluruh harta benda hilang. Dia juga harus angkat kaki, tapi untungnya tidak jadi karena tidak ada kapal. Lalu, setelahnya keluarga Hermanto tinggal di pinggir jalan.
“Akhirnya, ayah pergi ke Gunung Kawi. Tinggal di emperan wihara pakai tikar. Sampai 6 bulan,” kata Hermanto Tanoko, dikutip dari akun Youtube Christine Lie, Jumat (13/12/2024).
Untungnya, ketika Hermanto lahir ayah sudah kembali berdagang sekalipun masih merangkak. Saat masih kecil, Hermanto mengaku kehidupan susah itu selalu diceritakan berulang-ulang oleh keluarga. Biasanya, cerita tersebut keluar di malam hari ketika ayah dan ibu sudah selesai berdagang dan melakukan family time.
“Walaupun bertemu hanya malam, tapi sangat intens dan dekat sehingga saya tahu perjuangan mereka untuk anak-anaknya,” ungkap Hermanto.
Dari sini, alam bawah sadar Hermanto tentang kiat-kiat menjadi pengusaha terbentuk. Berkat nasehat orang tua, dia belajar bahwa disiplin, berani, tekun, kreatif, cermat, sabar, dan rajin harus dipegang teguh saat berbisnis.
Maka, ketika beranjak dewasa dan memulai bisnis, pria asal Surabaya ini mempraktikkan semuanya.
Saat terjun ikut di bisnis apotek di dekade 1960-an, misalnya, Hermanto melakukan terobosan yang tak pernah dipikirkan oleh kompetitor, yakni sistem pengantaran obat gratis. Ide kreatif ini membuat pasien tak perlu menunggu lama, sebab Hermanto sendiri atau orang lain yang akan mengantarkan obat secara langsung.
Lalu saat berbisnis cat Avian. Dia melakukan langkah berani dengan membeli mesin besar asal Korea Selatan untuk menggenjot produksi. Atas dasar inilah, nasihat dari kedua orang tua membuahkan hasil.
Tahun-tahun berikutnya jadi masa keemasan Hermanto Tanoko sebagai orang kaya dan sukses. Pada titik ini, dia berpesan bahwa salah satu cara sukses adalah berbakti pada orang tua.
Dia mengatakan keluarga juga harus menjadi nomor satu di dalam hidup. Jika berbakti pada orang tua, maka rezeki bisa mengalir deras. Ketika ibunya wafat pada Juni 2024 silam, dia menyebut apa yang dialami saat ini merupakan hasil bimbingan dan doa ibu.
“Saya adalah diri saya hari ini, berkat bimbingan dan doa dari Mama tercinta. Jadi, kata-kata yang terus terlintas di benak: saya akan berusaha yang terbaik untuk selalu menjadi Anak yang dapat Mama & Papa banggakan,” tulis Hermanto di akun resmi Instagramnya saat mengumumkan Sang Ibu meninggal dunia, Juni 2024 silam.
(mfa/mfa)
Next Article
Belajar dari Hermanto Tanoko, Punya Rp554 T Gegara Nasihat Orang Tua
Artikel Ini Merupakan Rangkuman Dari https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20241213095453-25-595699/belajar-dari-hermanto-tanoko-punya-rp33-t-usai-berbakti-ke-orang-tua