Jakarta, Kabarberita Indonesia – Tanda kiamat akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia, memicu serangkaian topan beruntun yang langka yang menghantam tetangga dekat RI, Filipina, tahun ini. Bahkan masalah ini telah meningkatkan kemungkinan badai dahsyat melanda daratan negeri itu.
Diketahui, lima topan dan badai tropis menghantam Filipina dalam periode 23 hari sepanjang Oktober dan November, menewaskan lebih dari 170 orang dan menyebabkan kerusakan sedikitnya US$235 juta. Memang sekitar 20 badai dan topan besar kerap menghantam negara Asia Tenggara tersebut atau perairan di sekitarnya setiap tahun namun, jarang peristiwa cuaca besar yang terjadi dalam waktu sesingkat seperti saat ini.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa kondisi yang mendukung perkembangan topan berturut-turut di wilayah ini telah ditingkatkan oleh pemanasan global,” kata para ilmuwan dari jaringan World Weather Attribution (WWA) menggunakan pemodelan untuk membandingkan pola cuaca di dunia saat ini dengan dunia hipotetis tanpa pemanasan yang disebabkan oleh manusia.
“Peluang beberapa topan besar melanda daratan akan terus meningkat selama kita terus membakar bahan bakar fosil,” tambahnya lagi menyebut makin ganasnya efek perubahan iklim yang disebut pengamat mempercepat kiamat di muka bumi.
Penelitian tersebut, yang menggunakan metodologi yang ditinjau sejawat, menemukan bahwa perubahan iklim membuat kondisi yang membentuk dan memicu topan menjadi dua kali lebih mungkin terjadi. Secara global, jumlah siklon tropis tidak meningkat secara signifikan.
Namun, laut yang lebih hangat membantu memicu peningkatan jumlah badai yang kuat dan atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak uap air. Ini mengakibatkan badai yang menjatuhkan lebih banyak hujan.
Sulit untuk Pulih
Studi tersebut juga menemukan bahwa iklim yang lebih hangat membuat kemungkinan setidaknya tiga topan Kategori 3-5 akan mendarat di Filipina dalam setahun menjadi 25 persen lebih besar. Topan terbagi dalam lima kategori di mana kategori 3 memiliki kecepatan 111-129 mil per jam, kategori 4 memiliki kecepatan 130-156 mil per jam, dan kategori 5 memiliki kecepatan di atas 157 mil per jam.
“Peristiwa ekstrem yang berurutan seperti itu membuat populasi sulit untuk pulih,” para ilmuwan memperingatkan.
“Dan, lintasan pemanasan dunia saat ini menempatkan Filipina pada jalur yang lebih buruk,” kata studi tersebut.
Sebelumnya badai tropis Trami, yang dianggap oleh pejabat pertahanan sipil Filipina sebagai badai paling mematikan yang melanda negara itu tahun ini, menenggelamkan ratusan desa di Filipina utara dan membuat lebih dari setengah juta penduduk mengungsi. Topan Super Man-yi, yang mendatangkan malapetaka di provinsi Catanduanes bulan lalu, juga menyebabkan pemadaman listrik di seluruh provinsi yang masih berjuang untuk diperbaiki oleh pihak berwenang.
“Meskipun tidak biasa melihat begitu banyak topan menghantam Filipina dalam waktu kurang dari sebulan, kondisi yang memicu badai ini meningkat seiring dengan menghangatnya iklim,” kata seorang peneliti di Pusat Kebijakan Lingkungan Imperial College London, Ben Clarke.
Studi tersebut memperingatkan bahwa badai yang berulang menciptakan “kondisi tidak aman yang terus-menerus”, dengan sekitar 13 juta orang terkena dampak setidaknya tiga dari sistem cuaca ekstrem tersebut. Filipina membutuhkan investasi besar untuk mengatasi tantangan yang dihadapinya akibat perubahan iklim, kata para ilmuwan.
“Namun tentu saja pendanaan adaptasi tidak cukup untuk melindungi Filipina dari perubahan iklim,” kata ilmuwan yang memimpin WWA, Friederike Otto,
“Kecuali dunia berhenti membakar bahan bakar fosil, topan akan terus meningkat,” tambahnya.
(sef/sef)
Next Article
Tanda Baru ‘Kiamat’ Sudah Dekat Muncul Senin, Warga Bumi Hati-Hati
Artikel Ini Merupakan Rangkuman Dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20241213061817-4-595623/tanda-kiamat-banyak-datang-ke-tetangga-ri-kategori-3-5-memburuk