Jakarta, Kabarberita Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merana pada akhir perdagangan Jumat (13/12/2024), karena investor cenderung menimbang dampak dari panasnya inflasi produsen Amerika Serikat (AS) pada November lalu.
IHSG ditutup merosot 0,94% ke posisi 7.324,79. Meski terkoreksi nyaris 1%, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.300 hingga akhir perdagangan hari ini.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 11,5 triliun dengan melibatkan 17,6 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 992.631 kali. Sebanyak 189 saham naik, 397 saham turun, dan 206 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku dan transportasi menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni masing-masing mencapai 1,64% dan 1,29%.
Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali mendominasi penekan IHSG, yakni saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencapai 11,2 indeks poin, kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 8,7 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,2 indeks poin.
IHSG kembali merana di tengah panasnya inflasi produsen AS pada November lalu. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Produsen (IHP) pada bulan lalu tumbuh mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan lalu tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.
Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis Rabu lalu, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.
Sebelumnya pada Rabu lalu, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% (yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.
Sedangkan secara bulanan, IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.
Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).
Dengan beragamnya data inflasi AS, maka saat ini pasar cenderung bimbang dengan prediksi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan sedikit khawatir jika pemangkasan suku bunga tidak terjadi pada pekan depan.
Namun, prediksi pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed memang masih tinggi. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan nyaris mencapai 94,7%, turun dari perdagangan Rabu kemarin yang mencapai 98,6%.
Meski begitu, mereka mengindikasikan ekspektasi adanya jeda atau potensi ditahannya suku bunga pada Januari 2025, setelah beberapa pejabat The Fed minggu lalu mendesak kehati-hatian atas laju pelonggaran kebijakan moneter karena ekonomi tetap tangguh.
Kabarberita INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Next Article
Usai Anjlok Kemarin, IHSG Sesi I Menguat ke Level 7.137
Artikel Ini Merupakan Rangkuman Dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20241213160540-17-595827/gagal-happy-weekend-ihsg-merosot-nyaris-1-lagi