Jakarta, Kabarberita Indonesia- Bursa saham Amerika Serikat dibuka melemah pada Jumat (15/11/2024) EST, memperpanjang tren negatif yang terlihat sepanjang pekan ini. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 162,87 poin atau 0,37% ke 43.587,99. Nasdaq melemah 201,33 poin atau 1,05% ke 18.906,32, dan S&P 500 terkoreksi 39,65 poin atau 0,67% ke 5.909,52.
Pelemahan pasar kali ini terjadi di tengah sinyal dari Federal Reserve bahwa suku bunga kemungkinan tidak akan dipangkas lebih agresif dalam waktu dekat. Komentar dari Ketua Fed Jerome Powell pada Kamis lalu yang menyebutkan bahwa Fed tidak “terburu-buru” menurunkan suku bunga memengaruhi ekspektasi pasar.
Di sisi lain, saham Applied Materials anjlok lebih dari 8% setelah perusahaan ini memberikan panduan pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal mendatang. Saham Domino’s Pizza melesat lebih dari 7% setelah Berkshire Hathaway mengumumkan kepemilikan baru di perusahaan tersebut.
Sementara harga emas naik tipis 0,15% ke US$2.576,8 per ons, didukung oleh permintaan aset safe haven. Namun, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,92% ke level US$68,07 per barel, seiring kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan global yang melambat.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun meningkat 6,3 basis poin ke 4,483%, mencerminkan ekspektasi bahwa Fed mungkin menahan suku bunga lebih lama untuk mengendalikan inflasi.
Data terbaru menunjukkan penjualan ritel AS naik 0,4% di Oktober, lebih baik dari ekspektasi sebesar 0,3%. Namun, peningkatan tersebut melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang direvisi ke 0,8%. Laporan ini mencerminkan daya beli konsumen yang masih terjaga meski terdapat tekanan inflasi.
Selain itu, indeks harga impor meningkat 0,3%, melampaui ekspektasi. Indeks manufaktur Empire State juga melonjak ke level 31,2, tertinggi sejak Desember 2021. Lonjakan ini mengindikasikan perbaikan signifikan dalam aktivitas ekonomi di wilayah tersebut.
Analis di CFRA Research, Sam Stovall, mengatakan bahwa pasar sedang dalam fase evaluasi. “Investor mencoba menilai apakah kenaikan sebelumnya benar-benar didukung oleh fundamental atau hanya bersifat sementara,” ujarnya.
Ketidakpastian kebijakan moneter, inflasi yang masih tinggi, dan data ekonomi yang beragam membuat pelaku pasar lebih berhati-hati. Semua mata kini tertuju pada perkembangan lebih lanjut dari pernyataan pejabat Fed serta rilis data ekonomi minggu depan.
Dengan meningkatnya ketidakpastian, investor mulai mengalihkan perhatian pada saham defensif dan berkapitalisasi kecil. Indeks Russell 2000 yang mencerminkan kinerja saham perusahaan kecil telah naik lebih dari 7% dalam minggu terakhir, didukung harapan bahwa kebijakan domestik di bawah pemerintahan baru akan lebih mendukung sektor ini.
Meski reli pascapemilu mulai kehilangan tenaga, pasar masih menyisakan peluang untuk pergerakan positif, khususnya di sektor-sektor yang undervalued.
Kabarberita Indonesia
(emb/emb)
Next Article
Investor Ambil Untung di Sektor Teknologi, Indeks Wall Street Ambruk
Artikel Ini Merupakan Rangkuman Dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20241115213803-17-588683/wall-street-melemah-reli-pascapemilu-kian-meredup