Jakarta, Kabarberita Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik ke zona merah pada akhir perdagangan sesi I Senin (2/12/2024), setelah sempat menghijau di sepanjang sesi I hari ini jelang rilis data inflasi RI periode November 2024.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,19% ke posisi 7.100,47. IHSG masih berada di level psikologis 7.100 hingga sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5 triliun dengan melibatkan 10,5 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 891.819 kali. Sebanyak 242 saham menguat, 331 saham melemah, dan 211 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,19%.
Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan terbesar IHSG yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencapai 9 indeks poin, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 6,4 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 5,8 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 4,96 indeks poin.
Berikut saham-saham yang menjadi penekan IHSG di sesi I hari ini.
Tampaknya, investor cenderung mencerna rilis data aktivitas manufaktur RI yang kembali terkontraksi pada November 2024.
PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,2 pada Oktober 2024. Angka ini tidak berubah dibandingkan September.
Kontraksi empat bulan beruntun ini mempertegas fakta jika kondisi manufaktur RI kini sangat buruk.
Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama empat bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.
Aktivitas manufaktur yang terkontraksi secara terus menerus akan menjadi sinyal bahaya terutama bagi serapan tenaga kerja yang bisa berakibat lonjakan angka pengangguran.
Saat pengangguran meningkat, daya beli masyarakat Indonesia akan semakin menurun. Tentunya hal ini tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang notabene berpangku pada belanja rumah tangga yang berkontribusi lebih dari 50% terhadap produk domestik bruto Indonesia.
Di lain sisi, Indonesia kembali mengalami inflasi pada November lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) mengalami kenaikan inflasi pada bulan lalu sebesar 0,30% (month-to-month/mtm) dibandingkan Oktober 2024 yang sebesar 0,08% (mtm)
Sementara inflasi tahunannya tercatat 1,55% (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender sebesar 1,12% (year-to-date/YTD).
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau yang jadi penyumbang utama inflasi sepanjang November 2024.
“Delapan dari sepuluh komoditas penyumbang utama inflasi merupakan komoditas dari kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan 4 komoditas andil tertinggi bawang merah, tomat, daging ayam ras dan minyak goreng,” kata Amalia dalam rilis BPS, Senin (3/12/2024).
Kabarberita INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
Artikel Ini Merupakan Rangkuman Dari https://www.cnbcindonesia.com/market/20241202123512-17-592632/ihsg-balik-merana-saham-perbankan-jumbo-biang-keroknya